Kisruh Tambang Ilegal Merbuk

Masyarakat Bangka Tengah Desak Hentikan Penambangan Timah Ilegal yang Meresahkan

- Redaksi

Minggu, 4 Agustus 2024 - 12:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejumlah warga menutup mulut dengan lakban sebagai bentuk protes terkait pertambangan timah ilegal di kawasan Merbuk-Punguk-Kenari, Bangka Tengah atau lahan eks Koba Tin, Jumat (2/8/2024). Foto: tribunbangka.


Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Masyarakat Gelar Aksi Lakban Mulut, Minta Presiden Jokowi Hentikan Tambang Timah Ilegal di Merbuk, https://bangka.tribunnews.com/2024/08/02/masyarakat-gelar-aksi-lakban-mulut-minta-presiden-jokowi-hentikan-tambang-timah-ilegal-di-merbuk?page=2.
Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Hendra

Sejumlah warga menutup mulut dengan lakban sebagai bentuk protes terkait pertambangan timah ilegal di kawasan Merbuk-Punguk-Kenari, Bangka Tengah atau lahan eks Koba Tin, Jumat (2/8/2024). Foto: tribunbangka. Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Masyarakat Gelar Aksi Lakban Mulut, Minta Presiden Jokowi Hentikan Tambang Timah Ilegal di Merbuk, https://bangka.tribunnews.com/2024/08/02/masyarakat-gelar-aksi-lakban-mulut-minta-presiden-jokowi-hentikan-tambang-timah-ilegal-di-merbuk?page=2. Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Hendra

“Kami mohon, kepada yang terhormat Presiden RI Joko Widodo, Kapolri, Kejagung, dan DPR RI. Bagaimana bisa Indonesia, negara penghasil timah terbesar, terutama di Bangka Belitung ini, yang kaya akan sumber daya alam, malah membuat masyarakatnya kesulitan untuk hidup tenang?”

 

BABEL (ENERGINEWS.COM) – Di bawah terik matahari, puluhan warga berkumpul di depan lahan bekas Koba Tin, kawasan Merbuk-Punguk-Kenari, Bangka Tengah. Dengan mulut yang tertutup lakban, mereka berdiri dengan teguh, menuntut dihentikannya aktivitas tambang timah ilegal yang sudah lama menjadi sumber keresahan di wilayah mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Aksi menutup mulut ini bukan sekadar simbol bisu. Ini adalah jeritan hati yang telah lama dipendam, sebuah manifestasi kekesalan karena aspirasi mereka seolah-olah diabaikan.

“Kami hanya ingin kehidupan yang layak, tapi tambang ilegal ini menghancurkan lingkungan kami,” kata Wahyu, Penasihat Hukum Masyarakat, yang ikut dalam aksi protes tersebut.

Mereka tidak datang dengan tangan kosong. Berbagai spanduk yang mereka bentangkan mengandung pesan yang sangat jelas: “Hentikan dan Sterilisasi Tambang Ilegal di Blok Merbuk, Kenari, dan Punguk. Tegakkan UU Minerba Nomor 3 Tahun 2020.” Pesan lainnya berbunyi, “Kami Warga Lingkar Kolong Merbuk Kenari Pungguk Kecamatan Koba Meminta Kepada Forkopimda Bangka Tengah Bangka Belitung dan Aparat Penegak Hukum Untuk Menghentikan Kegiatan Penambangan Ilegal di Wilayah Lingkar Kolong Merbuk Kenari dan Pungguk.”

Aktivitas tambang ilegal ini telah menjadi luka terbuka bagi masyarakat sekitar, menggugah pertanyaan tentang keseriusan pemerintah dalam menegakkan hukum. Wahyu menjelaskan bahwa kehadiran mereka di sini adalah upaya untuk menghubungkan suara masyarakat langsung kepada pemerintah dan penegak hukum.

Baca Juga :  Indonesia Gaspol!

“Kami mohon, kepada yang terhormat Presiden RI Joko Widodo, Kapolri, Kejagung, dan DPR RI. Bagaimana bisa Indonesia, negara penghasil timah terbesar, terutama di Bangka Belitung ini, yang kaya akan sumber daya alam, malah membuat masyarakatnya kesulitan untuk hidup tenang?” ujarnya dengan nada getir.

Protes tak berhenti di sana. Pada Kamis (25/7/2024) lalu, sejumlah warga, ditemani penasihat hukum mereka, mendatangi Polres Bangka Tengah. Langkah ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari keresahan yang semakin memburuk.

“Kami mewakili masyarakat dari empat kelurahan dan satu desa menyampaikan beberapa aspirasi. Kami berharap penambangan di Punguk Merbuk tidak terus berulang,” jelas Wahyu di depan kantor Polres.

Meski saat ini aktivitas tambang telah dihentikan sementara, kehadiran ponton-ponton yang masih bertengger di lokasi menjadi ancaman nyata bagi warga.

“Bising mesin dan potensi banjir akibat tambang ilegal ini mengganggu kami,” tambah Wahyu. Bukan hanya masalah bising, namun warga khawatir dampak lingkungan yang mungkin terjadi, seperti banjir, yang sudah pernah merendam rumah-rumah mereka.

Syahroni, salah satu perwakilan warga, juga turut bersuara. “Kami mendukung Pak Kapolres dalam penegakan UU Minerba. Kami berharap hukum benar-benar ditegakkan, agar ada ketenangan di wilayah kami,” ujarnya dengan harapan besar.

Menanggapi keluhan masyarakat, Kapolres Bangka Tengah AKBP Pradana Aditya menjelaskan bahwa pihaknya tengah menggelar Operasi Peti Menumbing 2024 untuk menertibkan tambang ilegal.

“Rekan-rekan dari Lingkar Merbuk dan Kenari datang untuk audiensi dan menyampaikan keresahan mereka. Kami sangat mengapresiasi dukungan mereka terhadap penegakan hukum yang sedang kami lakukan,” kata AKBP Pradana.

Baca Juga :  Mengintip Pengelolaan Dana Pensiun Bukit Asam

Namun, pertanyaan mendasar yang muncul adalah apakah operasi ini cukup efektif? Mengingat seringkali upaya penertiban tambang ilegal hanyalah janji manis yang berakhir dengan kekecewaan.

“Ke depan, kita akan mencari formulasi penindakan yang lebih efektif dan efisien untuk mencegah kejadian serupa,” tambah AKBP Pradana, seolah memberi sinyal bahwa perjuangan ini belum berakhir.

Keberanian warga Merbuk-Punguk-Kenari untuk melawan ketidakadilan dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh tambang ilegal ini menggugah kita semua. Pertanyaannya, sampai kapan kita harus menutup mata terhadap kenyataan pahit yang dihadapi masyarakat di sekitar tambang ilegal?

Ketika lingkungan hancur dan hukum seakan tak berdaya, suara rakyat menjadi tameng terakhir melawan keserakahan yang membutakan. Mungkin sudah saatnya kita bertanya, siapa sebenarnya yang diuntungkan dari semua ini? Dan mengapa suara rakyat seolah menjadi bisikan angin di telinga penguasa?

Sementara itu, masyarakat Merbuk-Punguk-Kenari terus berjuang, berharap keadilan bukan hanya sekadar impian. Mereka berjuang untuk memastikan bahwa tanah air yang mereka cintai, tanah yang seharusnya menopang kehidupan, tidak lagi menjadi korban keserakahan yang membabi buta.##

Penulis : Redaksi

Editor : Mahmud Marhaba

Sumber Berita : tribunnews.com

Berita Terkait

Menggali Rezeki Muna dari Bumi
Tambang Suwawa, Antara Jantung Kehidupan dan Luka Alam
Tambang Emas, Harapan yang Pudar
Masyarakat Tolak Tambang Ilegal di Bintauna
Tragedi Tambang Gorontalo di Tengah Regulasi Tak Pasti
Sunra Mendarat, Jateng Gempar!
Pertalite Batam Berubah!
Mengintip Pengelolaan Dana Pensiun Bukit Asam

Berita Terkait

Minggu, 11 Agustus 2024 - 12:13 WIB

Menggali Rezeki Muna dari Bumi

Minggu, 4 Agustus 2024 - 12:09 WIB

Kisruh Tambang Ilegal Merbuk

Senin, 22 Juli 2024 - 19:37 WIB

Tambang Suwawa, Antara Jantung Kehidupan dan Luka Alam

Senin, 22 Juli 2024 - 09:54 WIB

Tambang Emas, Harapan yang Pudar

Senin, 8 Juli 2024 - 21:22 WIB

Masyarakat Tolak Tambang Ilegal di Bintauna

Berita Terbaru

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel dua perusahaan tambang di pesisir Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah - Foto: Dok. KKP/ detik.com

Nasional

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 19 Nov 2024 - 09:07 WIB

Menteri ESDM Bahlil dalam sebuah kesempatan. (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Nasional

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Selasa, 24 Sep 2024 - 08:09 WIB

Ketum MPI bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sebuah kesempatan. (Foto: Doc MPI)

Nasional

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:21 WIB

Probowo Subianto, Presiden RI terpilih yang akan mengesahan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK. Foto: tripadvisor.com

Nasional

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Jumat, 23 Agu 2024 - 09:36 WIB

Serahterima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada kepada Bahlil Lahadalia. Foto: kontan.com

Nasional

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Kamis, 22 Agu 2024 - 08:14 WIB