Indonesia Mengejar Impian Hijau

Ambisi Pertambangan Berkelanjutan, Peluang Besar di Tengah Tantangan Berat

- Redaksi

Kamis, 4 Juli 2024 - 15:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salah satu pabrik pengolahan baja di Morowali. Insert: Chairman Strategy & Policy Vedanta India sekaligus Senior Global Advisor dss+ Sunil Duggal. Foto: bisnis.com

Salah satu pabrik pengolahan baja di Morowali. Insert: Chairman Strategy & Policy Vedanta India sekaligus Senior Global Advisor dss+ Sunil Duggal. Foto: bisnis.com

Perusahaan tambang dan peleburan harus terintegrasi untuk mencapai efisiensi maksimal dan mengurangi residu. Penguatan kolaborasi antara kedua aktivitas tersebut sangat penting untuk menghasilkan rantai pasok yang optimal

 

JAKARTA (ENERGINEWS.COM)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Indonesia tengah berusaha keras untuk mewujudkan integrasi pertambangan dari hulu hingga hilir, sebuah langkah yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari operator, pemerintah, hingga lingkungan. Namun, meski ada banyak potensi, tidak sedikit yang meragukan kemampuan negara ini untuk mencapai ambisi besar tersebut.

Keputusan Indonesia untuk melarang ekspor bijih mineral sejak 2012 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap investasi di sektor ini. Pada tahun tersebut, hanya ada tiga fasilitas peleburan atau smelter di Indonesia. Namun, pada akhir 2023, jumlah tersebut melonjak menjadi 54 unit, sebagian besar di antaranya dibangun dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2024, diperkirakan akan ada tambahan 16 smelter dengan total investasi sebesar US$11,6 miliar.

Baca Juga :  Waduk Listrik, Energi Terbarukan atau Semu?

Menurut Sunil Duggal, Senior Global Advisor dss+, keputusan untuk melarang ekspor bijih mineral merupakan langkah yang tepat.

“Pelarangan ini adalah pintu masuk utama bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil tambangannya secara signifikan,” ujarnya dalam sesi wawancara khusus bersama Bisnis pada Minggu (30/6/2024).

Namun, Duggal juga mengingatkan bahwa masih ada tantangan besar yang harus dihadapi.

“Banyak yang pesimis bahwa Indonesia bisa berhasil mengimplementasikan energi surya yang ramah lingkungan di sektor ini,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa idealnya, perusahaan tambang dan peleburan harus terintegrasi untuk mencapai efisiensi maksimal dan mengurangi residu. Saat ini, penguatan kolaborasi antara kedua aktivitas tersebut sangat penting untuk menghasilkan rantai pasok yang optimal.

“Indonesia harus semakin matang dalam pengelolaan penghilirannya. Ke depan, operasional harus lebih efisien, mitigasi risiko dilakukan, dan praktek ESG (lingkungan, keberlanjutan, tata kelola) harus diterapkan dengan baik,” tegasnya.

Fakhruddin Noor, General Manager Project PT Masmindo Dwi Area, juga menyuarakan keprihatinannya.

Baca Juga :  Batu Bara, Harapan dan Ketidakpastian

“Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi megahub mineral dunia, tetapi kita harus membangun kemampuan (skill) pekerja kita. Teknologi bisa ditiru, tapi kualitas sumber daya manusia kita adalah kunci,” ungkapnya. Ia menekankan pentingnya riset dan pengembangan, serta adaptasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas.

Di tengah optimisme pemerintah, kekhawatiran tetap ada. Apakah Indonesia benar-benar siap untuk menjadi pabrik bagi dunia dengan pendekatan pertambangan hijau ini? Apakah kita bisa mengatasi tantangan besar di depan mata? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Namun, satu hal yang pasti, perjalanan menuju pertambangan hijau di Indonesia masih panjang dan penuh dengan rintangan yang harus diatasi.##

Penulis : Redaksi

Editor : Mahmud Marhaba

Sumber Berita : Bisnis.com

Berita Terkait

Tambang Morowali Disegel KKP
Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal
Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan
Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus
Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??
Misteri Penambang Emas WNA Terbongkar
Gas Melimpah, Ke Mana Arah?
Impor Pipa, Industri Lokal Terkekang?

Berita Terkait

Selasa, 19 November 2024 - 09:07 WIB

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 24 September 2024 - 08:09 WIB

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Minggu, 22 September 2024 - 22:21 WIB

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Jumat, 23 Agustus 2024 - 09:36 WIB

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Kamis, 22 Agustus 2024 - 08:14 WIB

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Berita Terbaru

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel dua perusahaan tambang di pesisir Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah - Foto: Dok. KKP/ detik.com

Nasional

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 19 Nov 2024 - 09:07 WIB

Menteri ESDM Bahlil dalam sebuah kesempatan. (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Nasional

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Selasa, 24 Sep 2024 - 08:09 WIB

Ketum MPI bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sebuah kesempatan. (Foto: Doc MPI)

Nasional

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:21 WIB

Probowo Subianto, Presiden RI terpilih yang akan mengesahan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK. Foto: tripadvisor.com

Nasional

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Jumat, 23 Agu 2024 - 09:36 WIB

Serahterima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada kepada Bahlil Lahadalia. Foto: kontan.com

Nasional

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Kamis, 22 Agu 2024 - 08:14 WIB