Pengoperasian pembangkit EBT ini, menjadi bukti komitmen PLN Indonesia Power dalam menjawab perubahan iklim sehingga target net zero emissions di 2060 atau lebih cepat dapat terwujud
JAKARTA (ENERGINEWS.COM) – Di tengah hiruk pikuk ibu kota yang tak pernah lelah, sebuah kabar menggembirakan menyeruak dari kantor pusat PT PLN Indonesia Power. Angka-angka yang membanggakan terpampang di layar besar ruang rapat utama, menjadi saksi bisu keberhasilan yang tak terbantahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Indonesia Power, berdiri dengan wajah berseri-seri di depan jajaran direksi dan wartawan. Matanya berbinar saat ia mengumumkan:
Realisasi penekanan gangguan kelistrikan kami jauh melampaui target. Bisa kita lihat dari nilai EFOR pembangkit non-PLTU Jawa Bali dengan realisasi 0,77% dari target 0,94% pencapaian sebesar 118%.
Pernyataan ini bukan sekadar angka-angka kering. Ini adalah bukti nyata komitmen PLN Indonesia Power dalam menjaga nadi kehidupan bangsa: listrik yang stabil dan andal.
Bayangkan, di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, PLN Indonesia Power berhasil mencatatkan produksi listrik sebesar 84.572 gigawatt hour (GWh) sepanjang 2023. Angka ini bukan hanya melampaui target, tapi juga menjadi bukti resiliensi perusahaan dalam menghadapi berbagai tantangan.
Namun, di balik kegemilangan ini, tersimpan sebuah misi yang lebih besar. Edwin, dengan suara yang penuh tekad, menegaskan, pengoperasian pembangkit EBT ini, menjadi bukti komitmen PLN Indonesia Power dalam menjawab perubahan iklim sehingga target net zero emissions di 2060 atau lebih cepat dapat terwujud.
Pernyataan ini bukan sekadar janji manis. Sepanjang 2023, PLN Indonesia Power telah memproduksi 10.175,63 GWh listrik dari energi bersih. Sebuah langkah nyata menuju masa depan yang lebih hijau.
Dr. Retno Gumilang, pakar energi terbarukan dari Institut Teknologi Bandung, dalam sebuah wawancara eksklusif di laboratoriumnya yang penuh dengan prototype panel surya, memberikan pandangannya.
“Apa yang dilakukan PLN Indonesia Power patut diapresiasi. Namun, kita harus ingat bahwa transisi energi adalah maraton, bukan sprint. Konsistensi dan inovasi akan menjadi kunci,” ungkap Retno.
Sementara itu, di sisi lain Jakarta, tepatnya di sebuah kedai kopi hipster yang dipenuhi para milenial, Andi, seorang startup founder di bidang teknologi hijau, berbagi kekhawatirannya dan berharap PLN tidak hanya fokus pada angka-angka besar. Bagaimana dengan akses listrik di daerah terpencil? Atau edukasi masyarakat tentang energi bersih?
Pertanyaan Andi mungkin mewakili suara banyak anak muda yang kritis terhadap kebijakan energi nasional.
Kembali ke ruang rapat PLN Indonesia Power, Edwin menutup konferensi pers dengan sebuah pernyataan yang penuh optimisme:
“Sebagai subholding Generation Company, PLN Indonesia Power terus mendorong optimalisasi dan efisiensi kinerja di sektor pembangkitan. Kami berkomitmen untuk memastikan pasokan listrik sampai ke masyarakat tanpa ada gangguan,” ungkap Edwin.
Pernyataan ini bukan hanya janji, tapi juga tantangan. Akankah PLN Indonesia Power mampu mempertahankan momentum ini di tengah tuntutan transisi energi yang semakin mendesak? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang pasti, mata bangsa kini tertuju pada perusahaan ini, menanti langkah selanjutnya dalam perjalanan menuju Indonesia yang lebih terang dan hijau.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : Bisnis.com/ msn.com