Karbon Solusi Selamatkan Bumi??

Teknologi CCS dan tantangan pengurangan emisi di Indonesia

- Redaksi

Sabtu, 6 Juli 2024 - 14:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Carbon capture storage bisa jadi green solution? Foto:msn.com

Carbon capture storage bisa jadi green solution? Foto:msn.com

CCS bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan energi dengan memungkinkan penggunaan bahan bakar fosil yang lebih bersih dan ramah lingkungan, mengurangi emisi dan dampak perubahan iklim

 

JAKARTA (ENERGINEWS.COM)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

DI TENGAH  kekayaan energi yang melimpah, negeri ini juga dihadapkan pada kenyataan pahit: emisi karbon yang terus meningkat. Teknologi Carbon Capture Storage (CCS) hadir sebagai harapan di tengah kegelapan, menjanjikan solusi untuk menangkap karbon dioksida (CO2) dari proses pembakaran bahan bakar fosil dan menyimpannya di bawah tanah, jauh dari atmosfer. Namun, perjalanan menuju masa depan yang lebih bersih ini penuh liku dan tantangan.

Apa Itu Carbon Capture Storage?

Carbon Capture Storage (CCS) adalah teknologi yang dirancang untuk menangkap gas CO2 yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan menyimpannya di dalam formasi geologi bawah tanah agar tidak terlepas ke atmosfer. Proses ini mencakup tiga tahap utama: penangkapan, transportasi, dan penyimpanan CO2.

Pada tahap penangkapan, berbagai metode seperti penyerapan kimia, adsorpsi, dan pemisahan membran digunakan untuk menangkap CO2 dari sumber emisi. Selanjutnya, gas yang sudah ditangkap ini dipompa melalui pipa ke lokasi penyimpanan yang cocok, seperti formasi batuan atau sumur minyak dan gas yang sudah tidak aktif. Keuntungan utama dari CCS adalah kemampuannya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu mengatasi perubahan iklim global.

Proses dan Teknologi yang Digunakan

Proses CCS dimulai dari penangkapan CO2 di sumber-sumber emisi seperti pabrik dan pembangkit listrik.

“Teknologi yang umum digunakan untuk tahap ini antara lain amine scrubbing dan adsorpsi,” jelas seorang ahli teknologi lingkungan. Setelah berhasil ditangkap, CO2 akan dipisahkan dari bahan bakar fosil dan diubah menjadi bentuk yang dapat dikompresi dan ditransportasi.

Baca Juga :  KPK Bidik ‘Lagi’ Korupsi LNG Pertamina

Tahap berikutnya adalah transportasi, di mana CO2 yang telah ditangkap diangkut ke tempat penyimpanan jauh di bawah permukaan bumi menggunakan pipa atau kapal tanker. Tahap terakhir adalah penyimpanan CO2 di dalam formasi geologis yang aman dan tidak terancam oleh potensi kebocoran.

“Teknologi penyimpanan yang umum digunakan adalah injeksi CO2 ke dalam sumur-sumur minyak dan gas yang sudah tidak produktif,” tambahnya.

Manfaat CCS

Manfaat CCS sangat signifikan dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari industri dan pembangkit listrik. Melalui proses penangkapan karbon, emisi CO2 dari sumber-sumber tersebut dapat dipisahkan dan disimpan secara aman.

“Tujuan utama penggunaan CCS adalah untuk memerangi perubahan iklim dengan mengurangi dampak negatif gas rumah kaca,” kata seorang ilmuwan iklim.

Selain itu, CCS juga bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan energi dengan memungkinkan penggunaan bahan bakar fosil yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Dengan mengurangi emisi dan dampak perubahan iklim, penggunaan CCS diharapkan dapat mendorong inovasi teknologi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan lingkungan.

Tantangan dalam Penerapan CCS

Namun, seperti teknologi lainnya, CCS tidak bebas dari tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah biayanya yang sangat tinggi.

“Biaya penerapan CCS dapat mencapai beberapa miliar dolar, membuatnya relatif mahal,” ungkap seorang ekonom energi. Biaya ini mencakup penangkapan, transportasi, dan penyimpanan CO2.

Selain biaya, kompleksitas teknologi CCS juga menjadi tantangan. Proses ini melibatkan berbagai komponen dan teknologi yang berbeda, meningkatkan kerumitan dan potensi kegagalan. “Teknologi CCS masih dalam tahap pengembangan, sehingga risiko kegagalan masih ada,” tambahnya.

Ada juga risiko kebocoran karbon yang harus diwaspadai. Penyimpanan CO2 di bawah tanah harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari kebocoran yang dapat membahayakan lingkungan. “Keterbatasan kapasitas penyimpanan juga menjadi kendala, karena tidak semua formasi geologis cocok untuk menyimpan CO2 dalam jangka panjang,” jelas seorang geologis.

Baca Juga :  Dua Migas Baru Ditandatangani, Harapan Baru Energi Nasional

Alternatif Solusi Hijau Lainnya

Selain CCS, ada beberapa alternatif solusi hijau lainnya yang dapat digunakan untuk mengurangi emisi CO2. Salah satu yang paling menonjol adalah penggunaan energi terbarukan. “Energi terbarukan memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi CO2 secara signifikan karena tidak menghasilkan gas rumah kaca,” kata seorang ahli energi terbarukan. Energi surya, angin, air, panas bumi, dan biomassa adalah beberapa contohnya yang dapat digunakan di berbagai sektor.

Pengembangan transportasi berkelanjutan juga menjadi solusi penting.

“Transportasi umum yang efisien dan penggunaan kendaraan listrik atau berbasis biofuel dapat mengurangi emisi gas buang dari kendaraan bermotor,” ujar seorang pakar transportasi.

Di tengah kekayaan energi yang melimpah, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk memanfaatkan teknologi seperti Carbon Capture Storage (CCS) guna mengurangi emisi karbon dan melawan perubahan iklim. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, dari biaya tinggi hingga kompleksitas teknologi, manfaat jangka panjang dari CCS sangat signifikan. Ditambah dengan upaya penggunaan energi terbarukan dan pengembangan transportasi berkelanjutan, kita bisa berharap pada masa depan yang lebih bersih dan hijau.

“Perjuangan melawan emisi karbon adalah perjuangan kita semua. Dengan teknologi dan inovasi, kita bisa membuat perubahan nyata,” kata seorang aktivis lingkungan penuh harap.##

Penulis : Redaksi

Editor : Mahmud Marhaba

Sumber Berita : msn.com

Berita Terkait

Tambang Morowali Disegel KKP
Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal
Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan
Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus
Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??
Misteri Penambang Emas WNA Terbongkar
Gas Melimpah, Ke Mana Arah?
Impor Pipa, Industri Lokal Terkekang?

Berita Terkait

Selasa, 19 November 2024 - 09:07 WIB

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 24 September 2024 - 08:09 WIB

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Minggu, 22 September 2024 - 22:21 WIB

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Jumat, 23 Agustus 2024 - 09:36 WIB

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Kamis, 22 Agustus 2024 - 08:14 WIB

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Berita Terbaru

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel dua perusahaan tambang di pesisir Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah - Foto: Dok. KKP/ detik.com

Nasional

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 19 Nov 2024 - 09:07 WIB

Menteri ESDM Bahlil dalam sebuah kesempatan. (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Nasional

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Selasa, 24 Sep 2024 - 08:09 WIB

Ketum MPI bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sebuah kesempatan. (Foto: Doc MPI)

Nasional

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:21 WIB

Probowo Subianto, Presiden RI terpilih yang akan mengesahan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK. Foto: tripadvisor.com

Nasional

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Jumat, 23 Agu 2024 - 09:36 WIB

Serahterima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada kepada Bahlil Lahadalia. Foto: kontan.com

Nasional

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Kamis, 22 Agu 2024 - 08:14 WIB