Masyarakat Desa Ambunu, Tondo, dan Topogaro menjerit pilu. Tanah warisan leluhur mereka diduga dirampas, digusur paksa untuk memberi ruang bagi industri raksasa
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di balik gemerlap industri nikel di Morowali, terbentang luka mendalam bagi masyarakat yang terdampak. Konflik agraria yang membelit PT Indonesia Huabao Industrial Park (IHIP) bagaikan pil pahit di tengah manisnya janji pembangunan.
Masyarakat Desa Ambunu, Tondo, dan Topogaro menjerit pilu. Tanah warisan leluhur mereka diduga dirampas, digusur paksa untuk memberi ruang bagi industri raksasa. Modus-modus kotor seperti salah gusur dan intimidasi mewarnai prosesnya.
Lima orang warga, bagaikan pahlawan rakyat, berani melawan. Namun, bukannya keadilan yang mereka dapatkan. Kriminalisasi justru menjerat mereka.
Suara Rakyat yang Terbungkam
Rifiana MS, salah satu warga yang gigih memperjuangkan haknya, mengisahkan rasa frustrasi. MoU yang sepihak, tanpa sosialisasi, dan diduga kuat dirahasiakan, bagaikan tamparan di wajah mereka. Jalan tani yang dulu ramai kini terblokir, akses ke kebun terputus, dan asap tebal dari pabrik mencemari udara.
“Kami minta direlokasi,” pinta Rifiana dengan suara bergetar. Kenapa tidak nyaman? Karena aktivitas kendaraan perusahaan lalu-lalang di dusun.
Janji Manis yang Menggelegar, Tapi Tak Kunjung Membuai
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panajitan, berjanji tegas, perusahaan yang tak berpihak pada rakyat akan ditutup. Kata-kata yang indah, namun belum mampu mengeringkan air mata rakyat Morowali. Perlunya Luhut datang dan melihat apa yang terjadi disana. Pernyataan Luhut memberikan kesejukan atas kasus ini. Sosok yang tegas dan memiliki keberpihakan ke rakyat rasanya dibutuhkan hadir di Morowali. Tak ada lagi harapan untuk bisa bertahan. Luhut, bisakah engkau hadir untuk menyelesaikan konflik ini?
Konflik ini bukan sekadar perebutan lahan. Dampak lingkungan pun menghantui. Pencemaran udara, kerusakan hutan, dan hilangnya sumber penghidupan menjadi momok bagi masa depan.
Masyarakat Morowali menanti solusi nyata. Bukan hanya janji kosong, tapi tindakan tegas dan berpihak pada rakyat.
Kasus ini bagaikan ujian bagi komitmen pemerintah dalam melindungi rakyat dan kelestarian alam. Di tengah gempuran investasi, jangan sampai suara rakyat terbungkam dan keadilan terkubur.
Mari kita kawal agar kasus ini tuntas, bukan dengan kekerasan, tapi dengan dialog dan solusi yang berpihak pada rakyat dan kelestarian alam.
Ingatlah: Morowali bukan hanya tentang nikel, tapi tentang hak asasi manusia, kelestarian lingkungan, dan masa depan bangsa.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : kompas.com