Pertambangan Rakyat, bagaikan naga berkepala dua. Di satu sisi, ia menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa. Di sisi lain, ia juga menyimpan bahaya jika tidak dikelola dengan baik
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di tengah gemerlapnya Pulau Dewata, para pemimpin ASEAN berkumpul dalam sebuah lokakarya bersejarah. Bukan sembarang lokakarya, namun sebuah momentum penting untuk merajut masa depan pertambangan di kawasan ini. Forum ASEAN-IGF Workshop on Formalization of Artisanal and Small-Scale Mining, yang diadakan pada 29 April 2024, menjadi saksi bisu lahirnya komitmen baru untuk mengintegrasikan Pertambangan Rakyat dan Skala Kecil (ASM) ke dalam peta pembangunan berkelanjutan ASEAN.
Lebih dari sekadar pertemuan biasa, lokakarya ini bagaikan simfoni kolaborasi. Diiringi alunan diskusi dan pertukaran ide, para pemangku kepentingan dari berbagai negara ASEAN menyatukan tekad mereka. Tujuannya? Bukan semata-mata mengeksploitasi kekayaan alam, tapi merajut masa depan yang lebih sejahtera bagi rakyat.
Menjinakkan Naga Berkepala Dua: Tantangan dan Peluang Pertambangan Rakyat
Pertambangan Rakyat, bagaikan naga berkepala dua. Di satu sisi, ia menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa. Di sisi lain, ia juga menyimpan bahaya jika tidak dikelola dengan baik. Studi global oleh Intergovernmental Forum on Mining, Minerals, Metals and Sustainable Development (IGF) mengungkap fakta pahit: sekitar 80% penambang rakyat beroperasi tanpa izin, terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan kerusakan lingkungan.
Namun, di tengah bayang-bayang bahaya, secercah harapan mulai terlihat. Beberapa negara ASEAN telah menunjukkan komitmen mereka dengan menerbitkan regulasi terkait pertambangan rakyat. Lokakarya ini menjadi wadah untuk memperkuat komitmen tersebut, merajut strategi bersama untuk menjinakkan naga berkepala dua ini.
Menuju Fajar Baru: Mengintegrasikan Pertambangan Rakyat ke dalam Sistem Formal
Lokakarya ini bukan sekedar pertemuan seremonial. Di sini, para peserta bertukar pengetahuan dan praktik terbaik, mencari solusi inovatif untuk mengintegrasikan Pertambangan Rakyat ke dalam sistem formal. Tujuannya? Mewujudkan pertambangan yang aman, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, yang memberikan manfaat bagi rakyat dan kelestarian alam.
“Sangat penting bagi ASEAN untuk mempelajari cara mengintegrasikan sektor ini ke dalam ekonomi, masyarakat, dan sistem regulasi yang formal,” tegas Julian Ambassadur, Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM.
Menyentuh Jiwa Pembaca: Membangkitkan Emosi dan Memicu Aksi
Narasi ini bukan hanya tentang fakta dan data. Lebih dari itu, ia adalah sebuah kisah yang menyentuh jiwa pembaca. Pembaca diajak untuk merasakan denyut nadi para penambang rakyat, merasakan kekhawatiran atas kerusakan lingkungan, dan membayangkan secercah harapan akan masa depan yang lebih cerah. Narasi ini bukan hanya menginformasikan, tapi juga menginspirasi dan menggerakkan pembaca untuk terlibat dalam upaya bersama membangun masa depan pertambangan yang lebih berkelanjutan di ASEAN.
Bersama Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah
Lokakarya ASEAN-IGF Workshop on Formalization of Artisanal and Small-Scale Mining hanyalah langkah awal. Masih banyak jalan terjal yang harus dilalui. Namun, dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat, ASEAN selangkah demi selangkah menuju masa depan pertambangan yang lebih cerah. Masa depan di mana kekayaan bumi dikelola secara bertanggung jawab, memberikan manfaat bagi rakyat dan kelestarian alam, dan mengantarkan ASEAN menuju era kemakmuran yang berkelanjutan.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : energinews.com