Volume penjualan bijih nikel di paruh pertama tahun 2024 mencapai 8,37 juta wet metric ton (wmt), naik 29% dari tahun sebelumnya
JAKARTA (ENERGINEWS.COM) – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), yang lebih dikenal sebagai Harita Nickel, baru saja melaporkan pendapatan semester I 2024 sebesar Rp 12,80 triliun, meningkat 25% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini mencerminkan peningkatan produksi dan volume penjualan bijih nikel yang signifikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kapasitas produksi perusahaan terus tumbuh, didorong oleh peningkatan kapasitas smelter RKEF dan fasilitas pemurnian HPAL. Volume penjualan bijih nikel di paruh pertama tahun 2024 mencapai 8,37 juta wet metric ton (wmt), naik 29% dari tahun sebelumnya.
“Operasi penambangan kami menunjukkan peningkatan penjualan bijih nikel dari kuartal ke kuartal karena naiknya kebutuhan untuk smelter dan fasilitas pemurnian di anak usaha Harita Nickel,” kata perusahaan dalam siaran persnya, Rabu (31/7).
Namun, di balik angka-angka yang mengesankan ini, ada cerita lain yang jarang terdengar. Bagaimana dengan masyarakat sekitar tambang? Apakah mereka merasakan manfaat yang sama dari pertumbuhan ini?
Lukito Gozali, Head of Investor Relations Harita Nickel, dengan bangga menyatakan, meskipun kondisi pasar yang bergejolak, kami berhasil meningkatkan kapasitas produksi kami dan mempertahankan profitabilitas yang kuat. Inisiatif strategis kami dan peningkatan efisiensi yang terus-menerus telah menempatkan kami dengan baik untuk memenuhi permintaan global yang meningkat akan nikel, terutama di sektor baterai kendaraan listrik.
Namun, ketika ditanya tentang dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar tambang, jawabannya tidak begitu jelas.
“Kami tetap fokus pada ekspansi kapasitas produksi dan optimalisasi operasinya,” tambah Lukito, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang kontribusi perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat lokal.
Sementara itu, data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar tambang tidak selalu berbanding lurus dengan pendapatan perusahaan tambang.
Sebuah studi oleh lembaga independen menunjukkan bahwa meskipun pendapatan perusahaan tambang meningkat, banyak masyarakat sekitar yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Cerita yang memilukan dimana hampir setiap masyarakat disekitar pertambangan terus menyuarakan nasib mereka. Mereka menilai pendapatan perusahaan tambang memang meningkat, tapi mereka tidak merasakan dampaknya. Mereka pun masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Apatisme terhadap situasi ini semakin terasa ketika melihat kenyataan di lapangan. Meskipun perusahaan tambang seperti Harita Nickel terus melaporkan pertumbuhan pendapatan yang menggiurkan, masyarakat sekitar tambang masih harus berjuang keras untuk mendapatkan kehidupan yang layak.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : msn.com/ katadata.co.id