Investasi EBT Stagnan, Mimpi Tergerus Realita

Tujuh Tahun Mandek, Indonesia Terancam Tertinggal dalam Perlombaan Energi Bersih Global

- Redaksi

Senin, 29 Juli 2024 - 22:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi proyek Energi Baru Terbarukan. Sayangnya, di Indonesia proyeknya stagnan.

Ilustrasi proyek Energi Baru Terbarukan. Sayangnya, di Indonesia proyeknya stagnan.

Tahun lalu, Indonesia hanya mampu menarik investasi EBT sebesar US$1,5 miliar, dengan tambahan kapasitas terpasang yang minim, yaitu 574 megawatt (MW)

 

JAKARTA (ENERGINEWS.COM) – Di tengah gemuruh dunia yang berlomba-lomba beralih ke energi bersih, Indonesia seolah terjebak dalam pusaran waktu. Selama tujuh tahun terakhir, negeri yang dikenal kaya akan sumber daya alam ini justru mengalami stagnasi yang menyesakkan dalam investasi Energi Baru Terbarukan (EBT). Sebuah ironi yang memilukan, mengingat potensi EBT Indonesia yang begitu melimpah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) membuka tabir kelam ini dengan data yang mengejutkan. Tahun lalu, Indonesia hanya mampu menarik investasi EBT sebesar US$1,5 miliar, dengan tambahan kapasitas terpasang yang minim, yaitu 574 megawatt (MW). Angka ini bagaikan setitik air di padang pasir, jika dibandingkan dengan kebutuhan energi nasional yang terus membengkak.

“Ini bukan sekadar angka, tapi cermin kegagalan kita dalam memanfaatkan momentum transisi energi global,” ujar Mutya Yustika, Energy Finance Specialist IEEFA, dengan nada frustrasi yang tak dapat disembunyikan. Dirinya menambahkan, regulasi kita seolah menjadi tembok tebal yang menghalangi arus investasi. Kewajiban kemitraan dengan anak usaha PLN dengan kepemilikan minimal 51% telah mematikan gairah investor.

Baca Juga :  Menguak Korupsi Energi di Pertamina

“Belum lagi tarif listrik EBT yang terlalu rendah dan larangan pengalihan saham proyek EBT. Kita seolah menutup pintu di saat negara lain membentangkan karpet merah bagi investor,” ungkap Mutya menambahkan dengan getir.

Kerugian negara akibat stagnansi ini bukan sekadar hitungan rupiah. Ini adalah harga mahal yang harus dibayar generasi mendatang. Keterlambatan dalam mengadopsi EBT berarti Indonesia terus terjebak dalam ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan emisi karbon, dan tertinggal dalam kompetisi ekonomi hijau global.

Shinta Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menambahkan dengan nada prihatin.

“Saat dunia bergegas menuju ekonomi hijau, kita malah melambat. Padahal, dana untuk proyek EBT sangat berlimpah di luar sana. Sungguh disayangkan,” ungkap Shinta Kamdani.

Lantas, di mana peran pemerintah dan lembaga penegak hukum dalam drama kelam ini? Kementerian ESDM seolah terjebak dalam labirin birokrasi dan kebijakan yang tidak sinkron. Sementara itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan Agung seharusnya menyelidiki kemungkinan adanya permainan kotor di balik lambatnya proyek EBT.

Baca Juga :  China dan Indonesia Perkuat Sinergi Migas

“Jika ada indikasi korupsi atau manipulasi dalam proses pengadaan proyek EBT, KPK harus turun tangan,” tegas Ketua Umum PB HIPTI Rusmin Abdul Gani, SE.

Ini bukan sekadar masalah investasi, tapi menyangkut masa depan energi bangsa, tambahnya.

Pemerintah perlu mengambil langkah drastis. Reformasi regulasi yang pro-investasi EBT harus segera dilakukan. Transparansi dalam proses pengadaan proyek harus ditingkatkan. Dan yang tak kalah penting, pemerintah harus memberikan insentif yang menarik bagi investor EBT, baik domestik maupun internasional.

Kisah kelam tujuh tahun investasi EBT yang stagnan ini harus menjadi cambuk bagi semua pihak. Indonesia tidak boleh lagi terjebak dalam nostalgia energi fosil. Saatnya bangkit dan mengejar ketertinggalan, sebelum mimpi akan negeri yang bersih dan berkelanjutan hanya menjadi fatamorgana di tengah padang gersang krisis energi.##

Penulis : Redaksi

Editor : Mahmud Marhaba

Sumber Berita : Bisnis.com

Berita Terkait

Tambang Morowali Disegel KKP
Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal
Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan
Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus
Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??
Misteri Penambang Emas WNA Terbongkar
Gas Melimpah, Ke Mana Arah?
Impor Pipa, Industri Lokal Terkekang?

Berita Terkait

Selasa, 19 November 2024 - 09:07 WIB

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 24 September 2024 - 08:09 WIB

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Minggu, 22 September 2024 - 22:21 WIB

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Jumat, 23 Agustus 2024 - 09:36 WIB

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Kamis, 22 Agustus 2024 - 08:14 WIB

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Berita Terbaru

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel dua perusahaan tambang di pesisir Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah - Foto: Dok. KKP/ detik.com

Nasional

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 19 Nov 2024 - 09:07 WIB

Menteri ESDM Bahlil dalam sebuah kesempatan. (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Nasional

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Selasa, 24 Sep 2024 - 08:09 WIB

Ketum MPI bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sebuah kesempatan. (Foto: Doc MPI)

Nasional

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:21 WIB

Probowo Subianto, Presiden RI terpilih yang akan mengesahan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK. Foto: tripadvisor.com

Nasional

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Jumat, 23 Agu 2024 - 09:36 WIB

Serahterima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada kepada Bahlil Lahadalia. Foto: kontan.com

Nasional

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Kamis, 22 Agu 2024 - 08:14 WIB