Meskipun harga nikel dunia saat ini tidak setinggi pada 2022 lalu, ketika sempat mencapai rekor tertinggi, Roy menilai bahwa Indonesia tidak akan kehilangan momentum dan telah melakukan program hilirisasi dengan baik sejak 2020
JAKARTA (ENERGINEWS.COM) – Di tengah dinamika pasar global yang tak menentu, Indonesia menunjukkan ketangguhannya melalui program hilirisasi nikel. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas ini secara signifikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak tanggung-tanggung, nilai ekspor nikel Indonesia melejit hingga sepuluh kali lipat dibandingkan sebelum program hilirisasi digalakkan, di mana sebelumnya Indonesia hanya menjual komoditas mentah atau bijih nikel.
Roy Arman Arfandy, Direktur Utama Harita Nickel atau PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), mengungkapkan peningkatan drastis ini dengan penuh semangat dan optimisme.
“Dengan adanya hilirisasi dan dorongan pemerintah terhadap pengusaha untuk berinvestasi, ekspor nikel meningkat luar biasa. Nilainya meningkat sepuluh kali lipat dibanding tahun 2017,” ujarnya dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, Kamis (18/7/2024).
Meskipun harga nikel dunia saat ini tidak setinggi pada 2022 lalu, ketika sempat mencapai rekor tertinggi, Roy menilai bahwa Indonesia tidak akan kehilangan momentum. Indonesia telah melakukan program hilirisasi dengan baik sejak 2020, dan terus berupaya untuk menjaga stabilitas.
Namun, Roy juga mengakui bahwa harga nikel adalah komoditas yang sangat fluktuatif.
“Harga nikel sangat tergantung pada supply dan demand global serta jumlah stok di pasar dunia,” jelasnya.
Pada Rabu (17/07/2024), harga nikel berada pada level US$ 16.457 per ton, turun 21,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, Roy tetap optimis. “Kami tetap berupaya menjadi the low-cost producer of nickel di Indonesia, sehingga memiliki buffer yang cukup untuk menghadapi fluktuasi harga,” tandasnya.
Senada dengan Roy, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa Indonesia memperoleh keuntungan besar dari program hilirisasi nikel yang disebutnya sebagai “kesayangan” Presiden Jokowi.
Pada 2023, nilai ekspor nikel Indonesia mencapai US$ 33,5 miliar atau setara Rp 542,06 triliun, naik pesat dibandingkan dengan saat Indonesia belum menjalankan program hilirisasi.
“Kita menyetop ekspor nikel mentah dan membangun industri dalam negeri. Apa yang terjadi? Nilai ekspor kita dari hasil hilirisasi nikel mencapai US$ 33,5 miliar pada 2023,” ungkap Bahlil dalam Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Kamis (11/7/2024).
Bahlil juga menyoroti perbedaan signifikan dibandingkan pendapatan sebelum hilirisasi, di mana pada 2017-2018 pendapatan dari ekspor nikel mentah hanya sebesar US$ 3,3 miliar.
“Tepat pada Oktober 2019, kami mendorong hilirisasi pertama di sektor nikel,” jelasnya.
Bahlil menilai hilirisasi sebagai langkah strategis menuju Indonesia Emas.
Hilirisasi adalah jalan menuju Indonesia Emas. Presiden Jokowi memerintahkan kami untuk merealisasikan langkah-langkah komprehensif dan terukur di bidang hilirisasi,” tandasnya.
Keberhasilan ini tentu mengundang keheranan sekaligus kebanggaan, mengingat betapa besar potensi yang bisa digali dari komoditas yang selama ini dianggap biasa saja. Namun, apakah upaya ini bisa terus berlanjut di tengah tantangan global yang semakin kompleks? Hanya waktu yang bisa menjawab.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : cnbcindonesia.com