Harga Batu Bara Melonjak Tajam

Kenaikan Harga Dipicu Konflik dan Iklim, Dampak Terhadap Industri dan Masyarakat

- Redaksi

Selasa, 13 Agustus 2024 - 09:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kegiatan tambang batu bara yang merupakan kekayaan negeri ini. Foto: investor.id

Kegiatan tambang batu bara yang merupakan kekayaan negeri ini. Foto: investor.id

Kenaikan harga batu bara ini dipicu oleh ketidakpastian global dan ketegangan politik yang dapat memengaruhi pasokan energi

 

JAKARTA (ENERGINEWS.COM) – Harga batu bara kembali memanas pada Senin, 12 Agustus 2024, menyusul berbagai sentimen positif yang memengaruhi pasar global. Harga batu bara Newcastle untuk Agustus 2024 mengalami kenaikan menjadi US$ 146,75 per ton, sementara untuk September 2024 dan Oktober 2024, harganya meningkat menjadi US$ 152,5 dan US$ 153,6 per ton secara berturut-turut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu faktor utama di balik lonjakan harga batu bara adalah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Departemen Pertahanan Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan pengiriman kapal selam peluru kendali ke kawasan tersebut, sebagai respons terhadap potensi ancaman terhadap Israel dari Iran dan sekutunya. Di saat yang sama, pasukan Israel melanjutkan operasi militer mereka di Gaza Selatan, setelah serangan udara yang menewaskan puluhan orang.

“Kenaikan harga batu bara ini dipicu oleh ketidakpastian global dan ketegangan politik yang dapat memengaruhi pasokan energi,” ujar Analis Energi Global, Daniel Greene.

Akuisisi Perusahaan Batu Bara Australia

Baca Juga :  BPH Migas dan DPR RI Dorong Edukasi dan Regulasi untuk Optimalisasi Energi di Wajo

Selain ketegangan politik, aksi korporasi besar juga memengaruhi harga batu bara. JSW Steel, produsen baja terkemuka dari India, mengumumkan akuisisi 67% saham di perusahaan batu bara Australia, M Res NSW HCC, seharga US$ 120 juta. Langkah ini bertujuan untuk memperluas cadangan batu bara mereka dan memperkuat posisi mereka di pasar global. “Akuisisi ini adalah strategi penting untuk memastikan pasokan batu bara yang stabil dan mendukung ekspansi kami di pasar internasional,” kata CEO JSW Steel, Prakash Sharma.

La Nina juga berkontribusi pada lonjakan harga batu bara. Fenomena iklim ini, yang mengakibatkan suhu laut dingin di Pasifik, memicu hujan lebat di Australia dan memengaruhi produksi batu bara. “La Nina sering kali menyebabkan penutupan pelabuhan akibat banjir, yang mengganggu rantai pasokan dan mendorong harga batu bara naik tajam,” jelas Meteorolog Iklim, Laura Smith.

Kondisi Perusahaan Tambang dan Masyarakat

Sementara harga batu bara meningkat, kondisi perusahaan tambang mengalami perubahan signifikan. Perusahaan-perusahaan tambang, terutama di Indonesia, menghadapi tantangan dalam mempertahankan keuntungan mereka di tengah fluktuasi harga dan regulasi lingkungan yang ketat.

Baca Juga :  Besok, Harga Minyak Bakal Naik

“Perusahaan tambang harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan regulasi untuk tetap kompetitif,” ungkap Direktur Utama PT Batubara Mandiri, Joko Widodo.

Dampak terhadap masyarakat sekitar tambang juga tidak bisa diabaikan. Meski harga batu bara yang tinggi berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan, masyarakat sekitar sering kali merasakan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan dan perubahan sosial.

“Kami mendukung peningkatan harga batu bara, namun harus ada upaya lebih untuk memastikan bahwa masyarakat lokal juga mendapatkan manfaat dari industri ini,” ujar Kepala Desa Sumber Sari, Rini Haryati.

Dengan dinamika yang terus berubah, penting bagi semua pihak untuk berkolaborasi dalam mengelola dampak dari lonjakan harga batu bara dan memastikan kesejahteraan masyarakat serta keberlanjutan industri.##

Penulis : Redaksi

Editor : Mahmud Marhaba

Sumber Berita : investor.id

Berita Terkait

Prabowo Yakinkan Nuklir Indonesia
Delong, Raksasa Baja di Bibir Jurang
Pinjaman Tambang Batu Bara Disetujui
AS Incar Mineral Kritis Indonesia
Raksasa Nikel BHP Tumbang?
China Migrasi Baja
Harta Karun Carla Wolff Terselubung
Mampukah Kolaborasi PIS-BGN Bangun Ketahanan Energi?

Berita Terkait

Selasa, 13 Agustus 2024 - 09:12 WIB

Harga Batu Bara Melonjak Tajam

Jumat, 2 Agustus 2024 - 09:59 WIB

Prabowo Yakinkan Nuklir Indonesia

Selasa, 30 Juli 2024 - 10:51 WIB

Delong, Raksasa Baja di Bibir Jurang

Selasa, 23 Juli 2024 - 21:56 WIB

Pinjaman Tambang Batu Bara Disetujui

Kamis, 18 Juli 2024 - 16:44 WIB

AS Incar Mineral Kritis Indonesia

Berita Terbaru

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel dua perusahaan tambang di pesisir Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah - Foto: Dok. KKP/ detik.com

Nasional

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 19 Nov 2024 - 09:07 WIB

Menteri ESDM Bahlil dalam sebuah kesempatan. (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Nasional

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Selasa, 24 Sep 2024 - 08:09 WIB

Ketum MPI bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sebuah kesempatan. (Foto: Doc MPI)

Nasional

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:21 WIB

Probowo Subianto, Presiden RI terpilih yang akan mengesahan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK. Foto: tripadvisor.com

Nasional

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Jumat, 23 Agu 2024 - 09:36 WIB

Serahterima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada kepada Bahlil Lahadalia. Foto: kontan.com

Nasional

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Kamis, 22 Agu 2024 - 08:14 WIB