Teknologi inovatif rendah emisi karbon seperti CCS dan CCUS dapat diterapkan dalam kondisi tertentu untuk membantu pembangkit listrik berbahan bakar fosil mempercepat pengurangan emisi
JAKARTA (ENERGINEWS.COM) – Implementasi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS) oleh PT PLN (Persero) menandai langkah besar dalam transisi energi Indonesia. Namun, seperti banyak proyek besar lainnya, ada keuntungan dan kerugian yang perlu dipertimbangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apakah proyek ini akan benar-benar menjawab masalah listrik yang telah lama mengganggu negara kita? Dan bagaimana perencanaan kelistrikan kita akan berfungsi jika proyek ini baru terealisasi pada 2040?
Keuntungan dan Tantangan Proyek CCS
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa implementasi CCS merupakan langkah maju dalam upaya dekarbonisasi sektor pembangkitan listrik di Indonesia.
“Tantangan dalam menjalankan transisi energi sangat besar, untuk itu kolaborasi yang kuat antar komunitas global sangat dibutuhkan,” kata Darmawan dalam sebuah pernyataan. Melalui kemitraan dengan pemain internasional seperti JERA, JGC, INPEX, dan Karbon Korea, PLN berharap bisa mengatasi tantangan teknis dan operasional yang mungkin muncul selama implementasi CCS di beberapa pembangkit listrik, termasuk PLTU Suralaya dan PLTGU Tambak Lorok.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyoroti pentingnya regulasi dalam mendukung proyek ini.
“Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah dalam dekarbonisasi,” ujar Luhut. Namun, apakah regulasi tersebut cukup untuk menjamin keberhasilan proyek ini dan apakah bisa benar-benar mengatasi masalah kelistrikan yang ada saat ini?
Kerugian dan Tantangan yang Dihadapi
Meskipun ada potensi keuntungan dari implementasi CCS, terdapat sejumlah kerugian dan tantangan yang patut diwaspadai. Salah satunya adalah ketidakpastian mengenai kemampuan proyek ini dalam menyelesaikan masalah kelistrikan yang saat ini tengah dihadapi oleh Indonesia. Warsono, EVP Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, mengakui bahwa implementasi CCS baru akan mencapai kapasitas 2 GW pada tahun 2040.
“Untuk pilot plan-nya, kami telah melakukan studi dengan beberapa pemangku kepentingan terkait penerapan CCS ini,” ujarnya. Artinya, jika proyek ini baru selesai pada 2040, bagaimana kita akan mengatasi persoalan kelistrikan yang saat ini sudah mendesak?
Staf Khusus Menteri ESDM, Ego Syahrial, menekankan bahwa teknologi CCS bisa menjadi solusi dalam mengurangi emisi karbon.
“Teknologi inovatif rendah emisi karbon seperti CCS dan CCUS dapat diterapkan dalam kondisi tertentu untuk membantu pembangkit listrik berbahan bakar fosil mempercepat pengurangan emisi,” jelas Ego. Namun, kritik muncul dari beberapa pihak yang meragukan bahwa teknologi ini dapat segera mengatasi kebutuhan energi yang terus meningkat, terutama jika implementasinya baru dimulai dalam skala penuh setelah 2040.
Jaminan Solusi dan Masa Depan Energi Indonesia
Dengan target ambisius seperti memproduksi total kapasitas 2 GW pada 2040, PLN dan pemerintah menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan listrik yang terus berkembang. Pemerintah menyadari bahwa transisi ke energi terbarukan adalah jalan yang harus ditempuh, tetapi apakah CCS adalah jawaban yang tepat untuk masalah listrik saat ini?
Seperti yang diungkapkan oleh beberapa analis industri, solusi ini mungkin hanya bersifat sementara jika tidak dibarengi dengan pengembangan infrastruktur energi terbarukan yang lebih luas dan komprehensif.
“Pemerintah harus bergerak lebih cepat dan tegas dalam mengimplementasikan solusi jangka panjang yang dapat menjamin pasokan listrik yang stabil,” ujar salah satu pengamat energi.
Masa depan kelistrikan Indonesia mungkin akan tetap dalam bayang-bayang ketidakpastian hingga proyek CCS ini sepenuhnya terealisasi. Namun, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan komunitas internasional tetap menjadi kunci untuk memastikan bahwa setiap langkah menuju transisi energi lebih baik dapat mengatasi kebutuhan dan tantangan yang ada. Apakah CCS akan menjadi solusi jangka panjang atau sekadar langkah sementara dalam perjalanan panjang menuju kemandirian energi, hanya waktu yang akan menjawabnya.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : msn.com/ katadata.co.id