Proyek Tujuh Bukit kini memiliki sumber daya terindikasi sebesar 755 juta ton, naik lebih dari 300 juta ton atau 71% dari sebelumnya. Total kandungan sumber daya mineral proyek ini mencapai 1,738 miliar ton, dengan kandungan tembaga 0,47% dan emas 0,5 gram per ton
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
WILAYAH Banyuwangi, Jawa Timur, menyimpan harta karun berupa ‘gunung’ tembaga dan emas. Tepatnya, di tambang Tujuh Bukit milik PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Proyek ini mencatatkan peningkatan signifikan dalam sumber daya mineralnya, menjadikannya salah satu proyek tambang tembaga terbesar di dunia yang masih dalam fase pra-produksi.
Proyek Tujuh Bukit kini memiliki sumber daya terindikasi sebesar 755 juta ton, naik lebih dari 300 juta ton atau 71% dari sebelumnya. Total kandungan sumber daya mineral proyek ini mencapai 1,738 miliar ton, dengan kandungan tembaga 0,47% dan emas 0,5 gram per ton. Kenaikan ini mengonversi sumber daya terindikasi dari 2,7 juta ton tembaga menjadi 4,5 juta ton, dan dari 9,4 juta ons emas menjadi 16,1 juta ons.
Tom Malik, General Manager Merdeka Copper Gold, menyatakan bahwa kenaikan signifikan ini menunjukkan komitmen kuat perusahaan dalam mengoptimalkan kinerja proyek.
“Kami fokus mengoptimalkan kinerja dan memulai menyusun bankable feasibility study yang dapat lebih diandalkan. Optimalisasi tersebut mencakup pengembangan metalurgis untuk meningkatkan perolehan logam yang dapat diekstrak dari bijih dan meningkatkan kualitas bijih yang ditambang,” ujar Tom beberapa waktu lalu.
Namun, di balik potensi besar ini, ada kisah lain yang jarang terdengar. Nasib masyarakat sekitar tambang dan dampak lingkungan yang timbul menjadi sorotan. Banyak warga yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian dan perkebunan harus rela tergusur oleh aktivitas tambang. Tanah yang dulu subur kini berubah menjadi lahan gersang dan tercemar.
Sutrisno, seorang petani setempat, mengungkapkan kekhawatirannya.
“Dulu, sawah kami selalu panen melimpah. Tapi sekarang, airnya tercemar, tanahnya keras, dan hasil panen menurun drastis,” ujarnya dengan nada getir. Kondisi ini memaksa banyak petani beralih profesi atau meninggalkan kampung halaman mereka.
Selain itu, keberadaan tambang juga membawa persoalan lingkungan yang serius. Pencemaran air sungai dan penurunan kualitas tanah menjadi dampak nyata dari aktivitas tambang. Warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih dan semakin menipisnya hasil tangkapan ikan di sungai-sungai sekitar.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : cnbcindonesia.com