Tahun ini ada 900 sumur, tapi kita masih keteteran. Apalagi nanti tahun depan, saat ada target 1.000 sumur, maka butuh alat seperti rig, sand screen dan lainnya. Namun jika dicocokkan secara jadwal pengeboran, ternyata tak cocok
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
DALAM upaya mencapai produksi 1 juta barel minyak pada tahun 2030, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus mendorong industri lokal untuk berinovasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Kepala SKK Migas, Shinta Damayanti, dengan penuh semangat menyampaikan harapannya.
“Kami membutuhkan kesiapan mereka untuk melaksanakan rencana jangka panjang yang telah disusun,” ungkap Shinta.
Saat mengunjungi salah satu pabrik pendukung hulu migas di Batam, Shinta menjelaskan betapa pentingnya kesiapan dari sisi sumber daya manusia dan peralatan pendukung.
“Tahun ini ada 900 sumur, tapi kita masih keteteran. Apalagi nanti tahun depan, saat ada target 1.000 sumur, maka butuh alat seperti rig, sand screen dan lainnya. Namun jika dicocokkan secara jadwal pengeboran, ternyata tak cocok,” ucapnya dengan nada prihatin.
Ada tantangan besar yang dihadapi, yakni ketepatan waktu.
“Ada filling gap, ketika ada sumur baru, siapnya berapa lama. Ketika ada produksi, butuh kesiapan dari perizinan sampai proses produksi berjalan. Itulah seringnya kejar-kejaran, jadi sering telat produksinya. Kita tetapkan jadwal produksi, tapi sering kurang lengkap,” jelas Shinta dengan tegas.
Untuk menjawab tantangan ini, SKK Migas menggelar acara Pre Indonesia Upstream Oil & Gas Supply Chain Management & National Capacity Building Summit 2024 (IOG SCM & NCB Summit 2024) di Batam.
“Melalui event ini, kami bisa melihat kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk menjawab tantangan pengeboran,” ujarnya, penuh harap.
Namun, dari pengamatannya, Shinta menyadari bahwa para penyedia jasa pendukung hulu migas masih kurang informasi tentang rencana besar ini.
“Jadi ketika diminta, pastinya mereka akan upgrade, tambah mesin, tambah pabrik. Namun bicara soal investasi, kapan balik modalnya. Makanya kami dekatin biar matching,” paparnya.
Shinta menegaskan bahwa rencana eksplorasi dan pengeboran sumur akan terus berkesinambungan hingga 2060.
“Ngomongin 1 juta barel itu masih sepertiga, karena targetnya 3 juta barel. Kalau tidak bisa kita penuhi, maka nanti impor, dan itu menggerus APBN. Kita berusaha untuk menjawab itu,” ungkapnya dengan tekad yang kuat.
Di tempat yang sama, General Manager PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Setyo Sapto Edi, menegaskan komitmennya untuk mencapai target yang ditetapkan SKK Migas. “Target tahun ini untuk minyak itu 24.900 barel per hari. Sedangkan gas 470 MMSCFD,” katanya.
Ia juga berupaya mendorong vendor mitranya di Batam untuk terus berinovasi. “Kami memberikan apresiasi kepada vendor, dan memastikan sumur bor yang kami kelola mendapat dukungan penuh,” pungkasnya.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : msn.com