Perjalanan Pertamina NRE terus bergulir. Ambisinya akan melangkah lebih jauh, merajut kolaborasi dengan perusahaan baja raksasa
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di tengah badai transisi energi global, Pertamina New and Renewable Energy (NRE) melangkah gagah dengan sebuah terobosan gemilang, teknologi tangkap karbon (CCS). Bayangkan, bagaikan pahlawan super yang menjinakkan monster emisi, CCS siap memerangi polusi udara dan mengantarkan Indonesia menuju era hijau yang berkelanjutan.
“Prominent steel company dunia tapi punya operation di Indonesia, satu sampai dua minggu lagi akan launching beritanya. Akhir Juli, target kami akan signing something dengan mereka,” ujar Kepala Departemen CCS Pertamina NRE Bayu Prabowo dengan penuh keyakinan, menggelegar di tengah hiruk pikuk Jakarta, Kamis (04/07/2024).
Langkah ambisius ini bukan tanpa alasan. Indonesia, diberkahi kekayaan alam melimpah, menyimpan potensi besar dalam industri baja. Namun, di balik kejayaan itu, terselip bahaya laten: emisi karbon yang mengancam kelestarian lingkungan.
“Jadi dengan begitu kan kami lebih efektif mengurangi karbon yang ada di Indonesia,” tegas Bayu, suaranya bergema bagaikan komitmen baja.
Perjalanan Pertamina NRE tak berhenti di situ. Ambisi mereka melangkah lebih jauh, merajut kolaborasi dengan perusahaan baja raksasa. Perjanjian dengan perusahaan baja ini berbentuk studi atau kajian. Hasil dari studi ini berbentuk masukkan untuk kebijakan pengembangan CCS baik untuk Indonesia maupun negara asal perusahaan baja ini.
Bayu tak gentar mengakui keraguan yang membayangi. Biaya fantastis, mencapai Rp 5 triliunan per satu ton CO2 per tahun, bagaikan jurang terjal.
“Angka pastinya perlu dicek kembali, berarti investasinya sekitar Rp 5 triliunan. Itu kan bukan angka yang kecil. Jadi kalau kami distribusikan biayanya akhirnya per ton CO2 capture itu biayanya hampir US$ 100 dollar,” ungkapnya lugas.
Namun, keraguan itu dibalut tekad baja. “Cuman kalau untuk tahap awal kita lakukan sendiri, seperti kayak telur sama ayam. Kita belum punya pengalaman, belum punya capability, jadinya harga yang mahal. Tapi kalau kita tidak berbagi, akan stagnan perkembangannya,” kata dia, suaranya sarat optimisme.
Kolaborasi dengan ExxonMobil, raksasa energi global, menjadi bukti nyata. “Sebagai bagian dari studi yang sedang dilakukan bersama, PHE dan ExxonMobil akan melakukan pengeboran Appraisal dalam rangka pengambilan data yang nantinya data tersebut akan menjadi acuan untuk pengembangan CCS Hub Asri Basin,” kata Awang Lazuardi, Direktur Pengembangan & Produksi PHE.
Langkah Pertamina NRE ini tak ubahnya sebuah lompatan raksasa, mengantarkan Indonesia menuju gerbang era baru: era energi hijau yang tangguh dan berkelanjutan. CCS, sang penjinak monster karbon, siap mengantarkan bangsa ini menuju masa depan yang lebih cerah, ramah lingkungan, dan sejahtera.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : msn.com