Pengadilan kini memegang kunci nasib perusahaan ini. Akankah mereka memberi kesempatan kedua, atau justru menjatuhkan vonis mati?
JAKARTA (ENERGINEWS.COM) – Angin suram berhembus di koridor-koridor dingin pabrik Jiangsu Delong Nickel Industry Co. Dengung mesin yang biasanya memekakkan telinga kini mulai teredam oleh bisik-bisik kekhawatiran. Raksasa baja yang pernah berdiri kokoh di panggung global kini terhuyung di ambang kebangkrutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebuah drama korporasi yang mencekam tengah berlangsung di pengadilan Kabupaten Xiangshui, Provinsi Jiangsu. Seorang kreditur, layaknya malaikat maut, telah mengajukan permohonan restrukturisasi kebangkrutan. Langkah ini bagaikan hantaman palu godam ke jantung imperium Delong yang selama ini tampak tak tergoyahkan.
Ini bukan sekadar masalah hutang, ini adalah pertaruhan nasib ribuan pekerja, stabilitas pasar nikel global, dan bahkan kelangsungan sektor manufaktur China.
Bayangkan sebuah kolos yang mampu menghasilkan lebih dari 10 juta ton baja tahan karat per tahun, kini terancam runtuh. Pabrik-pabrik Delong yang membentang dari daratan China hingga pulau-pulau Indonesia kini bagai istana pasir yang terancam ombak pasang krisis ekonomi.
Di Indonesia, nasib PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), PT Obsidian Stainless Steel, dan PT Gunbuster Nickel Indonesia (PT GNI) kini menggantung di ujung tanduk. Ribuan pekerja menahan nafas, menunggu kepastian nasib mereka.
“Kami seperti berjalan di atas tali yang sangat tipis,” ungkap seorang karyawan VDNI dengan suara bergetar. Setiap hari mereka datang ke pabrik dengan pertanyaan, ‘Apakah ini hari terakhir kami?
Sementara itu, Dai Guofang, sang taipan di balik imperium Delong, berjuang keras melawan arus. Namun, kombinasi mematikan antara krisis properti China dan kelebihan pasokan di industri logam telah menciptakan badai sempurna yang mengancam menenggelamkan kapalnya.
“Kami sedang melakukan segala upaya untuk menjaga likuiditas perusahaan,” ujar juru bicara Delong dalam sebuah pernyataan singkat yang sarat keputusasaan. Pihaknya berharap semua pihak dapat bersabar dan memberi kami kesempatan untuk memulihkan situasi.
Namun, waktu terus berdetak. Setiap detik yang berlalu bagaikan paku yang ditancapkan ke peti mati Delong. Pengadilan kini memegang kunci nasib perusahaan ini. Akankah mereka memberi kesempatan kedua, atau justru menjatuhkan vonis mati?
Sementara dunia menunggu dengan nafas tertahan, satu hal yang pasti: kejatuhan Delong bukan hanya tentang satu perusahaan. Ini adalah sebuah gempa yang berpotensi mengguncang fondasi industri baja global, mengirimkan gelombang kejut dari pabrik-pabrik di China hingga tambang-tambang nikel di pelosok Indonesia.
Inilah kisah tentang ambisi manusia yang berhadapan dengan realitas keras pasar global. Sebuah pengingat bahwa bahkan raksasa pun bisa jatuh, dan bahwa di balik kilau baja yang mengagumkan, selalu ada resiko karat yang mengancam.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : Bisnis.com