China Migrasi Baja

Dari Batu Bara ke Listrik, Dari Polusi ke Ramah Lingkungan

- Redaksi

Jumat, 12 Juli 2024 - 15:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Steel industry (illustration). Researchers say China will not approve any coal-fired steel production projects in the first half of 2024. Foto: msn.com

Steel industry (illustration). Researchers say China will not approve any coal-fired steel production projects in the first half of 2024. Foto: msn.com

Xinyi Shen, salah satu penulis laporan CREA, menekankan pentingnya produsen baja China mengurangi intensitas karbon dari produk mereka agar tetap bersaing di pasar Uni Eropa

JAKARTA (ENERGINEWS.COM)

China telah mempercepat transisi industri baja menuju ramah lingkungan sebagai respons terhadap dampak tarif ekspor karbon yang baru diberlakukan oleh Uni Eropa. Pada paruh pertama tahun 2024, pemerintah China menolak proyek produksi baja dengan bahan bakar batu bara, menandakan komitmen mereka untuk mengurangi emisi dan mengadopsi teknologi yang lebih bersih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lembaga penelitian Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) melaporkan bahwa dari Januari hingga Juni, China menyetujui pembangunan pabrik baja baru dengan total kapasitas 7,1 juta metrik ton. Namun, yang menarik adalah bahwa semua proyek ini menggunakan tanur busur listrik (electric arc furnace/EAF), yang lebih ramah lingkungan daripada tanur tiup konvensional yang menggunakan batu bara.

Transisi ke EAF memiliki dampak signifikan dalam mengurangi emisi CO2 dari industri baja. CREA memperkirakan bahwa langkah ini dapat mengurangi hingga 200 juta ton emisi CO2 pada tahun 2060. Industri baja China, yang merupakan yang terbesar di dunia, kini berada di bawah tekanan untuk dekarbonisasi.

Baca Juga :  Repsol Tetap Ngamuk!

Selain itu, China berencana untuk bergabung dalam skema perdagangan emisi domestik pada tahun ini dan menghadapi Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon (CBAM) Uni Eropa pada tahun depan. CBAM akan membuat produk baja China lebih mahal sekitar 11 persen pada tahun 2030.

Xinyi Shen, salah satu penulis laporan CREA, menekankan pentingnya produsen baja China mengurangi intensitas karbon dari produk mereka agar tetap bersaing di pasar Uni Eropa. CBAM sendiri diperkenalkan oleh Uni Eropa untuk mengatasi masalah “kebocoran karbon,” yaitu ketidaksetaraan regulasi iklim antara negara-negara. Mulai tahun 2026, importir baja, pupuk, semen, dan bahan kimia harus membayar biaya tambahan berdasarkan jejak karbon produk yang mereka beli.

Pekan lalu, peneliti dari Institute for Global Decarbonization Progress (iGDP) China menyatakan bahwa industri baja China mungkin harus membayar hingga 5,9 miliar yuan (sekitar 811,09 juta dolar AS) dalam skema CBAM pada tahun 2030, tergantung pada sejauh mana mereka berhasil mengurangi emisi

Baca Juga :  Gelapnya PJUTS, Korupsi Gerogoti Energi Bersih

Baja yang menggunakan tanur tiup tradisional dapat dikenakan pungutan sekitar 250 yuan per ton pada tahun 2030, sementara EAF berbasis skrap masih bebas dari biaya tambahan.

Semua langkah ini menunjukkan komitmen China untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri baja dan beradaptasi dengan tuntutan global untuk mengurangi emisi karbon. Waktu dan tempat menjadi saksi bisu dari perubahan ini, dan kita berharap bahwa langkah-langkah ini akan membawa perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat di seluruh dunia.##

Penulis : Redaksi

Editor : Mahmud Marhaba

Sumber Berita : msn.com

Berita Terkait

Harga Batu Bara Melonjak Tajam
Prabowo Yakinkan Nuklir Indonesia
Delong, Raksasa Baja di Bibir Jurang
Pinjaman Tambang Batu Bara Disetujui
AS Incar Mineral Kritis Indonesia
Raksasa Nikel BHP Tumbang?
Harta Karun Carla Wolff Terselubung
Mampukah Kolaborasi PIS-BGN Bangun Ketahanan Energi?

Berita Terkait

Selasa, 13 Agustus 2024 - 09:12 WIB

Harga Batu Bara Melonjak Tajam

Jumat, 2 Agustus 2024 - 09:59 WIB

Prabowo Yakinkan Nuklir Indonesia

Selasa, 30 Juli 2024 - 10:51 WIB

Delong, Raksasa Baja di Bibir Jurang

Selasa, 23 Juli 2024 - 21:56 WIB

Pinjaman Tambang Batu Bara Disetujui

Kamis, 18 Juli 2024 - 16:44 WIB

AS Incar Mineral Kritis Indonesia

Berita Terbaru

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel dua perusahaan tambang di pesisir Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah - Foto: Dok. KKP/ detik.com

Nasional

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 19 Nov 2024 - 09:07 WIB

Menteri ESDM Bahlil dalam sebuah kesempatan. (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Nasional

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Selasa, 24 Sep 2024 - 08:09 WIB

Ketum MPI bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sebuah kesempatan. (Foto: Doc MPI)

Nasional

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:21 WIB

Probowo Subianto, Presiden RI terpilih yang akan mengesahan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK. Foto: tripadvisor.com

Nasional

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Jumat, 23 Agu 2024 - 09:36 WIB

Serahterima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada kepada Bahlil Lahadalia. Foto: kontan.com

Nasional

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Kamis, 22 Agu 2024 - 08:14 WIB