Batu Bara Menguat Saat Permintaan Menurun

China dan Eropa Berpotensi Merosot, Pasar Batu Bara Tidak Pasti

- Redaksi

Rabu, 3 Juli 2024 - 11:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: Batu bara yang kian terancam kodisinya. Foto: cnbcindonesia.com

Ilustrasi: Batu bara yang kian terancam kodisinya. Foto: cnbcindonesia.com

Target formal China adalah memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin dan surya sebesar 1.200 GW pada tahun 2030. Namun, IEA menyatakan pada bulan April tahun ini kapasitas tersebut sudah mencapai 1.130 GW

 

JAKARTA (ENERGINEWS.COM)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Harga batu bara dunia menunjukkan penguatan pada perdagangan Selasa (2/7/2024), meskipun permintaan dari China dan Eropa diperkirakan akan merosot. Harga batu bara Ice Newcastle kontrak Agustus ditutup di US$134,9 per ton, naik 0,9%. Namun, apakah ini hanya sementara?

Alex Claude, CEO dari perusahaan data dan analisis dry bulk DBX, menyoroti bahwa harga batu bara telah turun drastis di Eropa.

“Stoknya sedikit tapi jika dilihat dari persentase permintaan, sebenarnya sangat nyaman,” ujarnya. Di Eropa, berkurangnya stok di pelabuhan merupakan tanda lemahnya permintaan spot.

Tidak hanya di Eropa, permintaan batu bara di China juga mengalami penurunan signifikan.

“Harga batu bara telah turun cukup drastis. China berada dalam kondisi yang cukup bearish selama sekitar satu bulan ini, karena lebih banyak produksi pembangkit listrik tenaga air,” ungkap Claude.

Baca Juga :  Harga Batu Bara Melonjak Tajam

Laporan dari Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahwa China memasang hampir 350 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan baru pada tahun 2023, lebih dari separuh total kapasitas global. Jika negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini mempertahankan kecepatan ini, China kemungkinan besar akan melampaui target tahun 2030 pada tahun ini.

Target formal China adalah memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin dan surya sebesar 1.200 GW pada tahun 2030. Namun, IEA menyatakan pada bulan April tahun ini kapasitas tersebut sudah mencapai 1.130 GW. Pemodelan berdasarkan ambisi dekarbonisasi China memberikan “perkiraan lintasan ambisi pada tahun 2030” sebesar lebih dari 3.000 GW untuk semua jenis energi terbarukan, termasuk tenaga air, pada akhir dekade ini.

Penurunan permintaan batu bara juga dipengaruhi oleh kondisi di India. Keluarnya gas metana dan datangnya musim hujan di India diperkirakan akan menyebabkan cuaca lebih dingin dalam 2-3 hari mendatang. Laporan cuaca di New Delhi dan wilayah lain sudah mengingatkan akan kemungkinan hujan lebat dalam beberapa hari ke depan. Dengan datangnya musim hujan, penggunaan listrik untuk pemanas ruangan akan berkurang, yang pada gilirannya akan melandai permintaan batu bara.

Baca Juga :  Wajah Baru Direksi PT Timah

Di tengah berita ini, ada rasa pesimis yang menyelimuti masa depan industri batu bara. Meskipun harga sedikit menguat, tanda-tanda penurunan permintaan di pasar utama seperti China dan Eropa membuat banyak pihak mempertanyakan stabilitas harga ini.

“Kami melihat permintaan yang menurun dan stok yang berlimpah. Ini adalah situasi yang mengkhawatirkan untuk prospek jangka panjang batu bara,” kata Claude, menekankan ketidakpastian yang dihadapi industri ini.

Dengan perubahan cepat dalam preferensi energi global menuju sumber yang lebih bersih, batu bara tampaknya menghadapi tantangan besar. Apakah ini pertanda awal dari kemunduran permanen bagi batu bara, atau hanya sebuah fase sementara? Hanya waktu yang akan menjawabnya.##

Penulis : Redaksi

Editor : Mahmud Marhaba

Sumber Berita : cnbcindonesia.com

Berita Terkait

Tambang Morowali Disegel KKP
Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal
Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan
Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus
Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??
Misteri Penambang Emas WNA Terbongkar
Gas Melimpah, Ke Mana Arah?
Impor Pipa, Industri Lokal Terkekang?

Berita Terkait

Selasa, 19 November 2024 - 09:07 WIB

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 24 September 2024 - 08:09 WIB

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Minggu, 22 September 2024 - 22:21 WIB

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Jumat, 23 Agustus 2024 - 09:36 WIB

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Kamis, 22 Agustus 2024 - 08:14 WIB

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Berita Terbaru

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel dua perusahaan tambang di pesisir Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah - Foto: Dok. KKP/ detik.com

Nasional

Tambang Morowali Disegel KKP

Selasa, 19 Nov 2024 - 09:07 WIB

Menteri ESDM Bahlil dalam sebuah kesempatan. (Foto: Sekretariat Kabinet RI)

Nasional

Minerba Diterpa Badai Konsultan Nakal

Selasa, 24 Sep 2024 - 08:09 WIB

Ketum MPI bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sebuah kesempatan. (Foto: Doc MPI)

Nasional

Revolusi Perizinan Migas, MPI Siap di Garda Terdepan

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:21 WIB

Probowo Subianto, Presiden RI terpilih yang akan mengesahan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK. Foto: tripadvisor.com

Nasional

Prabowo Bentuk Badan Iklim Khusus

Jumat, 23 Agu 2024 - 09:36 WIB

Serahterima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada kepada Bahlil Lahadalia. Foto: kontan.com

Nasional

Gross Split, Kebijakan ESDM yang Kontroversial??

Kamis, 22 Agu 2024 - 08:14 WIB