Target formal China adalah memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin dan surya sebesar 1.200 GW pada tahun 2030. Namun, IEA menyatakan pada bulan April tahun ini kapasitas tersebut sudah mencapai 1.130 GW
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Harga batu bara dunia menunjukkan penguatan pada perdagangan Selasa (2/7/2024), meskipun permintaan dari China dan Eropa diperkirakan akan merosot. Harga batu bara Ice Newcastle kontrak Agustus ditutup di US$134,9 per ton, naik 0,9%. Namun, apakah ini hanya sementara?
Alex Claude, CEO dari perusahaan data dan analisis dry bulk DBX, menyoroti bahwa harga batu bara telah turun drastis di Eropa.
“Stoknya sedikit tapi jika dilihat dari persentase permintaan, sebenarnya sangat nyaman,” ujarnya. Di Eropa, berkurangnya stok di pelabuhan merupakan tanda lemahnya permintaan spot.
Tidak hanya di Eropa, permintaan batu bara di China juga mengalami penurunan signifikan.
“Harga batu bara telah turun cukup drastis. China berada dalam kondisi yang cukup bearish selama sekitar satu bulan ini, karena lebih banyak produksi pembangkit listrik tenaga air,” ungkap Claude.
Laporan dari Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahwa China memasang hampir 350 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan baru pada tahun 2023, lebih dari separuh total kapasitas global. Jika negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini mempertahankan kecepatan ini, China kemungkinan besar akan melampaui target tahun 2030 pada tahun ini.
Target formal China adalah memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin dan surya sebesar 1.200 GW pada tahun 2030. Namun, IEA menyatakan pada bulan April tahun ini kapasitas tersebut sudah mencapai 1.130 GW. Pemodelan berdasarkan ambisi dekarbonisasi China memberikan “perkiraan lintasan ambisi pada tahun 2030” sebesar lebih dari 3.000 GW untuk semua jenis energi terbarukan, termasuk tenaga air, pada akhir dekade ini.
Penurunan permintaan batu bara juga dipengaruhi oleh kondisi di India. Keluarnya gas metana dan datangnya musim hujan di India diperkirakan akan menyebabkan cuaca lebih dingin dalam 2-3 hari mendatang. Laporan cuaca di New Delhi dan wilayah lain sudah mengingatkan akan kemungkinan hujan lebat dalam beberapa hari ke depan. Dengan datangnya musim hujan, penggunaan listrik untuk pemanas ruangan akan berkurang, yang pada gilirannya akan melandai permintaan batu bara.
Di tengah berita ini, ada rasa pesimis yang menyelimuti masa depan industri batu bara. Meskipun harga sedikit menguat, tanda-tanda penurunan permintaan di pasar utama seperti China dan Eropa membuat banyak pihak mempertanyakan stabilitas harga ini.
“Kami melihat permintaan yang menurun dan stok yang berlimpah. Ini adalah situasi yang mengkhawatirkan untuk prospek jangka panjang batu bara,” kata Claude, menekankan ketidakpastian yang dihadapi industri ini.
Dengan perubahan cepat dalam preferensi energi global menuju sumber yang lebih bersih, batu bara tampaknya menghadapi tantangan besar. Apakah ini pertanda awal dari kemunduran permanen bagi batu bara, atau hanya sebuah fase sementara? Hanya waktu yang akan menjawabnya.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : cnbcindonesia.com