Sisa umur cadangan nikel diperkirakan hanya bertahan hingga 30 tahun ke depan. Sementara produksi bijih nikel di Indonesia sepanjang 2023 mencapai 175 juta ton
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di perut bumi Indonesia, tersimpan harta karun melimpah: nikel. Cadangannya terbesar di dunia, menggoda para penambang dan investor. Tapi, di balik kilaunya, bayang-bayang kelangkaan mengintai.
“Total cadangan bijih nikel RI mencapai 5,3 miliar ton,” ungkap Keputusan Menteri ESDM Nomor 132/2024, bagaikan mantra ajaib.
Namun, di balik angka fantastis itu, terbentang kenyataan pahit. “Produksi bijih nikel di Indonesia sepanjang 2023 mencapai 175 juta ton,” ujar data, bagaikan pisau bermata dua.
Kekayaan melimpah, diiringi eksploitasi besar.
“Sisa umur cadangan nikel diperkirakan hanya bertahan hingga 30 tahun ke depan,” kata data, bagaikan bom waktu yang siap meledak.
“Ini masih banyak daerah-daerah baru yang belum dieksplorasi,” seru Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli, suaranya penuh harap.
Eksplorasi menjadi kunci, bagaikan penyelamat di tengah kepanikan. “Kita perlu segera mengembangkan ke arah sana,” tegas Rizal, suaranya penuh keyakinan.
Namun, eksplorasi tak semudah membalikkan telapak tangan. “Kegiatan eksplorasi ini memakan waktu yang lama bisa antara 6 sampai 8 tahun baru kita tahu berapa besar cadangannya,” jelas Rizal, suaranya realistis.
Nikel, sumber daya berharga, dilema bangsa. Antara eksploitasi dan kelestarian, antara kekayaan dan kelangkaan. Menemukan keseimbangan bagaikan berjalan di atas tali, penuh risiko dan tanggung jawab.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : cnbcindonesia.com