Bagi rakyat Indonesia, kebijakan ini bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, stabilitas harga minyak diperlukan untuk industri dan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kenaikan harga minyak semakin membebani rakyat yang sudah terlilit kesulitan ekonomi
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pagi ini, Sabtu (9/5/2024) bagaikan api di tengah badai, harga minyak kembali membara. Tepat pukul 06.23 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2024 di New York Mercantile Exchange menembus angka US$ 79,21 per barel, naik 0,28% dari sehari sebelumnya.
Data menunjukkan persediaan minyak AS turun, menandakan pasar fisik yang lebih ketat. Hal ini menjadi angin segar bagi para pedagang, memicu kenaikan harga. Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan BOK Financial Securities, menyebut angka penyimpanan minyak mentah EIA sebagai “indikator bullish pertama” di tengah sentimen bearish yang membayangi harga minyak.
“Angka penyimpanan minyak mentah EIA yang lebih dapat diandalkan melawan kenaikan tajam API, yang membuat beberapa posisi short menjadi penutup posisi jual pada perdagangan akhir kemarin dan pagi ini,” ungkap Kissler dengan nada penuh keprihatinan.
Namun, kenaikan harga minyak dibayangi oleh penguatan dolar AS. Hal ini membuat komoditas ini menjadi lebih mahal bagi investor, terutama bagi negara-negara yang mengimpor minyak seperti Indonesia.
Di tengah gejolak ini, OPEC dijadwalkan bertemu pada bulan depan untuk mengevaluasi kebijakan pasokan. Kemungkinan besar, pembatasan pasokan OPEC akan diperpanjang hingga akhir tahun demi menyokong harga.
Namun, bagi rakyat Indonesia, kebijakan ini bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, stabilitas harga minyak diperlukan untuk industri dan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kenaikan harga minyak semakin membebani rakyat yang sudah terlilit kesulitan ekonomi.
Harapan rakyat kini tertuju pada pemerintah. Di tengah badai kenaikan harga ini, rakyat membutuhkan kebijakan yang berpihak pada mereka, kebijakan yang meringankan beban mereka dan membantu mereka untuk bertahan hidup.
Kisah rakyat Indonesia di tengah badai kenaikan harga ini bukan sekadar tentang angka dan statistik. Ini adalah kisah tentang perjuangan hidup, tentang mimpi dan harapan yang terancam oleh gejolak ekonomi global. Di tengah badai ini, rakyat membutuhkan tumpuan, membutuhkan solusi, dan membutuhkan kepedulian dari para pemimpinnya.**
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : msn.com