Penurunan harga emas dipicu oleh beberapa faktor. Pedagang membukukan keuntungan ketika menilai arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), yakni Federal Reserve (The Fed). Data menunjukkan pengusaha di AS mengurangi jumlah pekerja pada April 2024 dan tingkat pengangguran meningkat secara tak terduga
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Minggu yang baru saja berlalu bagaikan roller coaster bagi para trader komoditas. Batu bara menunjukkan kekuatannya, emas tergelincir, dan CPO berjuang untuk bertahan.
Batu bara memulai minggu dengan langkah yang mantap, menguatkan posisinya di ICE Newcastle. Kontrak Mei 2024 menutup perdagangan Jumat (3/5/2024) dengan melemah -1,76% di level US$145,15 per metrik ton. Namun, dalam sepekan, kontrak ini telah menguat sebesar 7,92%, menunjukkan ketangguhannya. Kontrak Juli 2024 mengikuti jejak pendahulunya, melemah -1,46% ke US$145.60 per metrik ton. Meskipun demikian, kontrak ini tetap menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 4,26% dalam sepekan.
Di balik kekuatan batu bara, terdapat beberapa faktor pendorong. Kementerian Perdagangan India menyatakan produksi mineralnya telah meningkat 8% pada Februari 2024 dibandingkan periode tahun lalu. Batu bara menjadi salah satu mineral yang menunjukkan pertumbuhan positif, mencatat kenaikan 12% jika dibandingkan Februari 2023. Produksi batu bara India pada April 2024 mencapai 78,69 juta metrik ton, meningkat 7,41% dari tahun sebelumnya.
Namun, batu bara tidak luput dari sorotan. Para menteri energi dari G7 berjanji untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara mereka pada paruh pertama tahun 2030an. Perjanjian ini menjadi langkah signifikan dari KTT iklim PBB COP28 pada tahun lalu untuk menghapus bahan bakar fosil, dengan batu bara menjadi salah satu yang paling menimbulkan polusi.
Beralih ke emas, kisah yang berbeda terungkap. Harga emas di pasar spot menutup perdagangan Jumat (3/5) dengan melemah -0,09% ke level US$2.301,75 per troy ounce. Dalam sepekan, harga emas di pasar spot telah melemah sekitar -1,49%. Kontrak Juni 2024 juga mengalami nasib serupa, melemah -0,04% ke level US$2.308,60 per troy ounce, dan telah melemah -1,64% dalam sepekan.
Penurunan harga emas dipicu oleh beberapa faktor. Pedagang membukukan keuntungan ketika menilai arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), yakni Federal Reserve (The Fed). Data menunjukkan pengusaha di AS mengurangi jumlah pekerja pada April 2024 dan tingkat pengangguran meningkat secara tak terduga. Hal ini menunjukan adanya pendinginan di pasar tenaga kerja setelah awal tahun yang kuat.
Data tersebut kemudian menimbulkan kembali dugaan bahwa The Fed dapat mulai memangkas suku bunga pada tahun ini. Pedagang swap juga menggeser perkiraan taruhan untuk pemotongan suku bunga pertama oleh Federal Reserve dari bulan Desember menjadi bulan September.
Meskipun mengalami penurunan, emas batangan tetap naik 12% dalam setahun ini, setelah mencapai rekor kenaikan yang membuat emas batangan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada April 2024.
Pasar CPO juga tidak luput dari gejolak. Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada perdagangan Jumat (3/5) kontrak Juli 2024 melemah -4 poin ke 3.842 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Dalam sepekan, kontrak ini telah melemah sebesar -0,77%. Kontrak Juni 2024 juga ditutup melemah -6 poin menjadi 3.868 ringgit per ton. Kontrak ini telah melemah -1,20% dalam sepekan.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : Bisnis.com