Para pemangku kepentingan dilanda kecemasan. Masyarakat khawatir harga energi melonjak, industri terhambat, dan ketahanan energi nasional runtuh
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di tengah gejolak konflik Timur Tengah, industri hulu minyak dan gas (migas) nasional bak bom waktu yang siap meledak. Harapan masyarakat Indonesia untuk mencapai ketahanan energi terancam pupus.
Eskalasi konflik di Timur Tengah berpotensi mendongkrak harga minyak dunia hingga ke level US$ 100 per barel, tertinggi dalam sejarah. Hal ini memicu kekhawatiran akan krisis energi global.
Migas Nasional: Harapan di Tengah Kegelapan?
Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana seolah menjadi penyelamat. Ia menyebut sektor hulu migas nasional sebagai benteng pertahanan energi Indonesia.
Dadan optimis bahwa Indonesia memiliki potensi migas yang melimpah. Buktinya, realisasi investasi migas 2023 mencapai US$ 15,6 miliar.
Namun, optimisme Dadan diiringi kekhawatiran. Sektor hulu migas nasional masih terbelenggu birokrasi yang rumit. Investor enggan menanamkan modalnya.
Harapan Terganjal, Psikologi Pemangku Kepentingan Terguncang
Para pemangku kepentingan dilanda kecemasan. Masyarakat khawatir harga energi melonjak, industri terhambat, dan ketahanan energi nasional runtuh.
Pemerintah dihadapkan dilema. Di satu sisi, mereka ingin mendorong investasi migas. Di sisi lain, mereka harus memastikan birokrasi tidak menjadi penghambat.
Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, meminta pemerintah untuk mempermudah izin investasi migas.
Sementara itu, Dadan berjanji untuk memperbaiki regulasi dan mempercepat proses perizinan.
Masa depan industri migas nasional masih abu-abu. Harapan untuk mencapai ketahanan energi terancam pupus.
Hanya waktu yang bisa menjawab apakah Indonesia mampu menjinakkan bom waktu migas ini atau akan terjerumus ke dalam krisis energi yang berkepanjangan.**
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : msn.com