Keterlibatan HL dan FL dalam skandal ini bak petir di siang bolong. Sosok mereka yang dikenal sebagai pengusaha sukses di industri penerbangan kini harus berhadapan dengan jeratan hukum
JAKARTA (ENERGINEWS.COM)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dua pemilik maskapai penerbangan swasta, HL dan FL, terjerat dalam pusaran skandal korupsi timah yang merugikan negara triliunan rupiah. Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan keduanya sebagai tersangka tambahan dalam pengusutan kasus yang telah menyeret sejumlah nama besar, termasuk Harvey Moeis dan Helena Lim.
HL dan FL dijerat atas perannya di PT Tinindo Inter Nusa (TIN), perusahaan yang diduga terlibat dalam praktik korupsi perizinan usaha pertambangan (IUP) PT Timah Tbk. HL berperan sebagai pemilik manfaat PT TIN, sedangkan FL menjabat sebagai manager marketing.
Keterlibatan HL dan FL dalam skandal ini bak petir di siang bolong. Sosok mereka yang dikenal sebagai pengusaha sukses di industri penerbangan kini harus berhadapan dengan jeratan hukum. Penetapan tersangka ini menjadi bukti bahwa tak ada yang kebal hukum, setinggi apapun jabatan dan kekayaan seseorang.
Kasus korupsi timah ini bagaikan gunung es. Di balik keuntungan besar yang diraih para pelaku, tersembunyi luka mendalam bagi bangsa ini. Kerugian negara mencapai ratusan triliun rupiah, dan kerusakan lingkungan tak ternilai.
Penahanan SW dan AS, dua tersangka dari jajaran penyelenggara negara, menjadi langkah tegas Kejagung dalam membongkar skandal ini. Diharapkan penegakan hukum dapat berjalan seadil-adilnya, menjerat semua pihak yang terlibat tanpa pandang bulu.
Masih banyak pertanyaan yang menggantung. Bagaimana peran HL dan FL dalam skema korupsi ini? Apakah ada keterkaitan dengan maskapai penerbangan yang mereka dirikan? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab tuntas dalam proses hukum yang transparan dan akuntabel.
Kasus korupsi timah ini menjadi tamparan keras bagi bangsa ini. Kita harus terus memperkuat komitmen antikorupsi dan membangun sistem yang transparan dan akuntabel dalam pengelolaan sumber daya alam. Hanya dengan demikian, kita dapat mencegah tragedi serupa terulang di masa depan.##
Penulis : Redaksi
Editor : Mahmud Marhaba
Sumber Berita : msn.com